Sabtu, Januari 6

Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Karena Kedengkian Itu Sudah Ada Sejak Dulu



Tamaklah menghimpun keutamaan, dan tekunlah 
abaikan celaan si pendengki. 
Ketahuilah bahwa umur itu adalah saat-saat kebaikan diterima 
dan setelah kematian kedengkian itu terputus dengan sendirinya

        Seorang ulama kontemporer mengatakan, "Kepada orang-orang yang sangat sensitif terhadap kritikan agar mereka menuangkan apa saja yang dingin ke dalam syarafnya pada saat menghadapi kritikan yang pedas dan menyengat."

       Dikatakan, sungguh hebat Allah menempatkan kedengkian itu, la sungguh adil. Berawal dari pertemanan, lalu membunuhnya.

        Al-Mutanabbi mengatakan, 
       "Kenangan seseorang itu adalah umurnya yang kedua, dan keinginannya yang tak 
        kesampaian. Selebihnya adalah kesibukannya."
        
        Sahabat Ali r.a. mengatakan, "Kematian adalah taman yang terjaga ketat."

        Seorang bijak bestari mengatakan, "Seorang pengecut mati beberapa kali. Sedangkan, pemberani hanya mati sekali."

     Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba di saat-saat yang tertekan, maka Dia menjadikan hamba itu mengantuk sebagai wujud penjagaan dari-Nya. Hal yang sama pernah terjadi pada diri Thalhah r.a. pada saat perang Uhud, sebelum perang dimulai. Karena begitu berat kantuknya sampai-sampai pedang yang dipegangnya jatuh beberapa kali.

       Itu sebagai wujud ketenangan dan kedamaian di dalam hati. Namun ada juga kantuk untuk ahli bid'ah. Syabib ibn Yazid merasakan kantuk yang tak tertahankan saat ia sedang menunggang seekor baghlah (hewan peranakan kuda dengan keledai). Dia adalah seorang lelaki yang sangat pemberani. Sedangkan isterinya, bernama Ghazalah, adalah seorang perempuan pemberani yang pernah mengusir Al-Hajjaj.

        Seorang penyair mengatakan,

       "Menjadi singa ketika berhadapan denganku, 
        tapi dalam perang ia menjadi seekor burung yang tak berdaya 
        lari terbirit-birit hanya karena suitan saja. 
        Tidakkah engkau keluar menantang Ghazalah yang sombong 
        atau hatimu dengan dua sayapnya akan segera terbang."

        Allah berfirman,

       "Wahai Muhammad, katakanlah: "Wahai kaum munafik, apakah kalian menantikan nasib buruk bagi kami, kaum mukmin? Padahal kami berada pada salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang atau mati syahid. Kami menantikan Allah mengadzab kalian dengan adzab dari sisi-Nya atau melalui tangan-tangan kami. Karena itu, nantikanlah. Kami bersama kalian selalu menanti datangnya adzab Allah kepada kalian." (QS. At-Taubah: 52)

        Firman-Nya yang lain, 

    "Tidak akan ada seorang pun yang mati tanpa izin Allah, karena saat kematian seseorang telah ditetapkan. Siapa saja yang mencari keuntungan dunia, Kami akan memberikan kepadanya sedikit saja. Siapa saja yang menghendaki pahala akhirat, Kami akan memberikan kepadanya sebagian kecil di dunia. Di akhirat kelak, Kami akan memberikan pahala penuh kepada orang-orang yang bersyukur lagi menaati Allah." (QS. Ali 'Imran: 145)

        Seorang penyair lain berkata,

        "Pernah aku bilang pada jiwa, namun malah terbang menjadi bayangan 
        pahlawan, celaka engkau, kenapa tidak memperhatikan 
        Jika kau mohon sehari saja diundurkan dari ketetapan ajal, 
        tak akan dipenuhi.
        Bersabarlah menghadapi maut, bersabarlah 
        toh tak seorang pun mampu menggapai keabadian.
        Pakaian kehidupan itu bukanlah pakaian kekuasaan 
        karena bisa diambil dari seorang saudara yang menginginkan."


        Singkatnya, syair ini berarti bahwa jika ajal telah datang, maka tidak akan diajukan dan tidak akan pula diundurkan walau hanya satu jam.

        Ali ibn Abi Thalib mengatakan,
        "Kapan aku harus lari dari dua hari kematianku, 
        hari yang telah ditentukan atau kah hari yang tidak ditentukan.
        Pada hari yang tidak ditentukan aku tak takut, 
        karena yang telah ditentukan itu tidak bisa diubah dengan kewaspadaan."

Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata: "Carilah kematian, niscaya kalian akan diberi kehidupan."

Posting Lama Beranda

0 comments: